Arsip Blog

Kamis, 15 Januari 2015

Akhirnya Pulau Pari !

Tiga tahun berada di Jakarta, entah mengapa aku selalu merasa tidak tenang karena belum pernah sama sekali menginjakkan kaki di Kepulauan Seribu. Berbagai macam paket tur yang setiap minggunya di tawarkan selalu menggoda iman untuk diikuti tapi selalu saja gagal pergi karena jadwal yang tidak cocok atau tidak adanya keberanian untuk ke sana sendiri, karena susah sekali mencari teman yang memiliki kecocokan jadwal, kecocokan budget, dan keinginan yang sama dengan saya untuk menikmati pulau seribu.

Namun, saat UAS kemarin temanku yang berasal dari Korea Selatan yang bernama Gully mengajakku untuk pergi ke Pulau Seribu setelah UAS nanti. Yap, akhirnya ada juga yang mengajakku untuk pergi kesana, selama ini selalu aku yang mengajak dan tidak seorangpun yang berminat untuk kesana :( mungkin mereka punya prefensi yang berbeda-beda. Aku dan Gully akhirnya memutuskan untuk pergi tanggal 24-25 Desember 2015 karena sampai tanggal 23 Desember Gully masih menjalani ujian. Saat itu aku sedikit pesimis untuk mendapatkan travel agent ke kepulauan seribu pada tanggal tersebut, karena rata-rata travel pada saat itu mengadakan open trip ke Kepulauan Seribu pada tanggal 25-26 Desember 2014, karena tanggal 26 adalah libur paska natal. Namun, aku tetap mencoba mencari di web, namun tidak juga ketemu. Lalu iseng-iseng aku search di instagram dengan menggunakan hastag #pulauseribu dan #pulaupari dan akhirnya dapat! Travel tersebut menawarkan open trip pada tanggal 24-25 Desember 2015 ke Pulau Pari dengan biaya yang menurutku tergolong murah jika dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh travel lainnya.

Sebenarnya aku tidak terlalu berharap banyak dengan keindahan yang ditawarkan di Pulau Pari, keinginanku yang menggebu-gebu untuk ke sana lebih karena rasa penasaran, bagaimana sebenarnya bentuk dari Kepulauan Seribu itu, bagaimana bentuk dari Pulau Pari sebenarnya. Karena sebelumnya aku beberapa kali searching menganai Kepulauan Seribu dan mendapatkan beberapa artikel yang mengatakan bahwa Kepulauan Seribu kini telah tercemar, kotor, dan lain-lain. Hal tersebut sangat kontras dengan foto-foto yang aku peroleh jika mengetik Kepulauan Seribu atau Pulau Pari di Google Image. Di sana penuh dengan foto-foto pulau pulau yang lautnya bersih dan berwarna biru tua, muda, dan toska. Sangat indah. Namun aku tidak mau percaya begitu saja dengan apa yang disajikan di gambar, karena seringkali apa yang digambarkan di internet tidak sesuai dengan kenyataan.

Tanpa berpikir panjang akhirnya kami menggunakan jasa travel yang ditawarkan pada kami karena sesuai dengan tanggal yang kami inginkan. Pada hari H kami harus sampai di Pelabuhan Muara Angke pada jam 6 subuh, setelah tanya sana tanya sini dan searching di internet ternyata sangat memungkinkan untuk sampai di Muara Angke pukul 06.00 jika naik kereta pertama dari Stasiun UI yaitu pukul 04.45. Awalnya malamnya aku ingin menginap di apartemen Gully agar bisa ke stasiun UI bersama, namun karena malamnya Gully ada acara perpisahan dengan mahasiswa Korea maka aku tidak jadi menginap dan kami memutuskan untuk langsung bertemu di stasiun UI pukul 04.00. Tapi ternyata saya ketiduran dan baru bangun jam 04.00, dan parahnya Gully sudah berada di Stasiun UI (duh, orang luar memang sangat tepat waktu ya -_-) Akhirnya pukul 04.50 barulah saya sampai di stasiun, hmm kami ketinggalan kereta pertama. Setelah bilang ke pihak travelnya bahwa kemungkinan kami terlambat, akhirnya dia bilang bahwa toleransi keterlambatan samapai pukul 07.00, aku langsung tarik nafas panjang. Alhamdulillah.

Kondisi KRL di pagi hari

 Saat masuk ke kereta, as always karena hari itu hari kerja, kereta sudah penuh walaupun masih subuh. Tapi alhamdullillah tidak sampai desak-desakan. Dan setelah melewati stasiun Cawang kereta langsung sepi dan kami akhirnya dapat tempat duduk, setelah dapat tempat duduk, aku dan Gully langsung tertidur karena kami masih sangat mengantuk. Setelah hampir 1 jam di dalam kereta, akhirnya kami sampai di stasiun tujuan akhir yaitu stasiun Kota. Saat saya melihat jam ternyata sudah jam 6 lewat, akhirnya kami dengan langkah cepat pergi ke seberang stasiun, tepatnya di depan museum Mandiri dan naik taksi dari sana menuju ke Muara Angke. Ternyata dari Stasiun Kota ke Muara Angke tidaklah begitu jauh, dengan Taksi kami hanya perlu membayar Rp 30.000,-/2 berarti perorang cuma bayar Rp 15.000 yah jauh lebih murah naik angkot memang, tapi kalau naik angkot pasti memerlukan waktu yang lama. Oh ya ternyata taksinya gak mau masuk sampai ke dalam pelabuhan karena katanya macet. Kami disarankan naik ojek atau odong-odong, sst bukan odong-odong untuk anak-anak yaaa yang biasanya diiringi sama musik anak-anak hahah.

Walaupun bete, tetep selfie ya hehe
 Saat masuk gerbang Muara Angke kami langsung ditawari untuk naik odong-odong biayanya Rp 5.000,- kendaraan ini seperti delman bedanya kalau delman menggunakan kuda sebagai penggeraknya, nah kalau odong-odong pake motor. Ternyata odong-odongnya ngetem dulu, lamaaa banget. Gully udah gelisah banget takut ketinggalan kapal, aku lebih gelisah lagi. Setelah menunggu hampir 15 menit akhirnya odong-odongnya jalan. Dan saat itu sudah pukul 07.00. WOW! Aku langsung buru-buru menelpon pihak travelnya dan mereka mengatakan tinggal aku dan Gully yang belum datang, rombongan yang lain sudah berkumpul. Jadi intinya mereka menunggu kami, sambil terus melihat jam dan dag dig dug setengah mati tak lama akhirnya kami sampai di depan pom bensin Muara Angke, tempat dimana menjadi meeting point dengan pihak travelnya. Oh ya sebenarnya dalam perjalanan dari gerbang menuju pom bensin kami harus melewati pasar ikan Muara Angke, aromanya jangan ditanya lagi, sangat busuk dan saat itu pasar digenangi oleh air yang warnanya bukan lagi coklat tapi hitam, luar biasa, pagi-pagi sudah disuguhi pemandangan seperti itu.

Melewati Pasar Muara Angke
di beberapa tempat yang kami lewati, airnya ada yang lebih gelap dari ini


Setelah bertemu dengan pihak travel yang bernama kak Dirga, kami akhirnya naik kapal. Kapal yang kami tumpangi adalah kapal kayu, besar, sehingga muatannya banyak. Di atas kapal kami duduk lesehan, tidak ada kursi.  Di pelabuhan Muara angke banyak sekali kapal yang sejenis bersandar, pemandangan yang sangat bagus. Sayangnya saya gagal mengambil foto yang bagus. Sedangkan air laut di pelabuhan Muara Angke tidak bisa lagi dibayangkan, airnya benar-benar hitam pekat, sangat kotor. Gully sampai bilang, "Aulia, sepertinya airnya menggiurkan, sangat mirip dengan kopi." Saya akhirnya menjadi sedikit ragu apakah Kepulauan Seribu airnya masih jernih? Apakah tidak kotor seperti kondisi air di Muara Angke ini?

Gully sedang sibuk mengambil beberapa foto (liat dong warna airnya di bawah)

 Di atas kapal aku dan Gully tidak bisa duduk tenang karena kami begitu bersemangat untuk mengambil beberapa foto. Untuk sampai ke Pulau Pari, dibutuhkan perjalanan selama 2 jam. Namun 2 jam benar-benar tidak terasa karena selama perjalanan kami disuguhi oleh pemandangan yang luar biasa. Lautan yang luas, melewati beberapa pulau, dan melihat sepasang lumba-lumba yang melompat ke permukaan. Setelah sekitar 2 jam kalau tidak salah akhirnya kami sampai di Pulau Pari. Yeay akhirnya ke Pulau Pari setelah 3 tahun, haha.

Dalam perjalanan kami juga melewati beberapa pulau


Merapat di dermaga Pulau Pari, sangat kontras dengan kondisi di Muara Angke (no filter)
 Keindahan pulau ini benar-benar di luar dugaanku, warna airnya sangat kontras dengan warna air di Muara Angke yang sebelumnya saya lihat. Senangnya luar biasa!
Terima kasih Gully telah mengajak ke Pulau Pari :)

Tunggu lanjutan cerita selama di Pulau Pari ya!


Notes

1. Jika akan ke Muara Angke dan naik kereta sebaiknya naik kereta yang pertama, yaitu sekitar jam 4 subuh agar tidak telat. Rutenya Stasiun Kota - naik taksi atau angkot 02 jurusan Senen-Muara Karang - turun di depan gerbang Muara Angke - naik odong-odong/ojek sampai pom bensin Muara Angke.

2. CP travel agent yang kami gunakan --> Virga Agesta : 08568015630/ pin BB 7587A3DF

Senin, 12 Januari 2015

Ketagihan Bandara

Entah kalian mau bilang aku apa, gila, punya gangguan atau apalah. 

Sejujurnya ... 

aku sangat suka dan menikmati saat menginap di bandara dan saya sangat suka penerbangan subuh selain memang tiketnya biasanya lebih murah 50 -100 ribu. Baru-baru ini aku melakukannya lagi setelah tepat setahun yang lalu aku melakukan hal yang sama, yaitu menginap di bandara! Setahun yang lalu karena keterpaksaan sih sebenernya, soalnya waktu itu aku baru pulang dari Singapore dan sengaja ngambil penerbangan malam, biar paginya masih bisa keliling Singapore gitu hhe, nah ternyata penerbangan terakhir ke Balikpapan itu jam 8 malam mepet banget deh. Kalo misalnya balik ke kosan dan ambil penerbangan keesokan harinya pasti capek, jarak Soekarrno-Hatta (Soetta) dengan kosan (Depok) jauh banget huhu. Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil penerbangan jam 04.00 keesokan harinya dan menginap beberapa jam di bandara! Ini pertama kalinya, saat bilang ke mama, mama awalnya nanya ini itu di sana aman atau gak? keadaannya gimana? setelah meyakinkan mama akhirnya  beliau setuju yeay! (padahal diri sendiri sebenernya gak yakin ini aman atau gak, kan pertama kali -_-) 

Suasana bandara di malam hari


Beberapa kali searching mengenai pengalaman orang-orang yang pernah menginap di bandara Soetta, alhamdulillah sih dari yang aku baca gak ada yang mengalami hal buruk. Mayoritas orang-orang yang pernah menginap di  Bandara menyarankan untuk menginap di musollah yang ada di terminal 1A, terminal 2, dan terminal 3 karena tempatnya enak dan nyaman. Tapi karena aku penerbangan dengan Citilink jadi harus nunggu di 1C dan terminal 1C itu jauh dari ketiga tempat tersebut. Tapi aku sempat survey tuh ke musollah 1A sekalian sholat isya. Aku nyobain jalan kaki dari 1C ke 1A huhu jauh banget ternyata (muka dan jalan gue udah kayak zombie), belum lagi kaki ini pegel banget karena jalan kaki mulu selama 3 hari (ceritanya backpacker) di negara tetangga.

Saat nyampe di musollah tersebut, engingeng! toiletnya kotor, dan tempatnya tertutup menurutku soalnya letaknya di belakang foodcourt gitu, beda banget sama musollah di terminal 2 dan 3. Lagian takut dosa ah jadiin musollah sebagai tempat untuk tidur! Gak banget! Nah, saat nyampe di sana memang aku liat udah ada beberapa orang (mayoritas pria) sudah siap siaga mengatur posisi untuk tidur. Selesai sholat aku langsung keluar dan balik lagi ke terminal 1C. Di depan terminal ternyata banyak kursi tunggu tapi karena banyak orang jadinya cuma satu kursi yang kosong, dengan gerak cepat aku langsung ambil posisi di sana hahah. dan yang duduk di belakangku mas-mas gitu deh hmm (jadi kursinya 2 dan posisinya saling membelakangi, bisa bayangin gak gimana bentuknya? bisa ya please :') Siap-siap dzikir aja sih semoga ga terjadi apa-apa saat nginep, sedikit (eh banyak deh) parno memang hhe. Terus mas-masnya kayak nanya-nanya, ya pertanyaan standar sih kayak "Tujuan ke mana?", "Penerbangan jam berapa?", aku jawab sesingkat-singkatnya biar gak ada pertanyaan buntutnya. Yes! setelah itu memang gak ada pertanyaan lanjutan tapi ... masnya lanjut merokok! Weks bete banget deh (larangan merokok di lingkungan bandara hanyalah mitos belaka)

Tapi gak lama setelah itu masnya pergi mungkin udah jadwalnya untuk berangkat, yah akhirnya bisa menghirup udara tanpa rokok lagi :) Awalnya gak mau tidur sampe jam 04.00 tapi kok ngantuk banget ya, akhirnya aku tidur setengah sadar gitu. Udaranya dingin banget untung bawa selimut kecil. Saat aku tidur, aku masih bisa denger panggilan untuk penerbangan ke beberapa kota (entah kenapa bagian ini yang aku suka) dan sepanjang malam juga ada satpam yang bolak-balik, jadi merasa aman banget.

Pokoknya suasana bandara bikin aku suka banget deh entah kenapa. Seneng aja gitu ngeliatin orang lalu lalang bawa koper dan tas ransel, seneng denger panggilan dari pengeras suara yang memanggil penumpang untuk boarding dan menginfokan mengenai penerbangan ke beberapa kota, seneng denger suara percakapan orang yang bahasannya "Mau ke kota apa", "Mau ke tempat siapa", "Penerbangan jam berapa", seneng ngeliatin mobil travel lalu lalang, dan seneng ngedenger suara seretan koper, dan suara gesekan alas kaki karena buru-buru pengen check in. Hahah. mungkin ada yang tau aku kena sindrom apa?

Dan setahun kemudian, gue melakukan hal yang sama lagi. Tapi kali ini di terminal 1B, kali ini nasib sedikit baik karena kiri kanan belakangku mba-mba dan ibu-ibu, dan sepertinya mereka orang yang baik. Jadi, beberapa kali aku menitipkan tas kepada mereka untuk sekedar ke Toilet atau bahkan keliling ngelitin terminal 1B hhe


Dan percaya atau gak, aku punya beberapa wishlist bandara yang ingin aku inapi di seluruh dunia dan beberapa di Indonesia (Ul, hidup kayaknya susah bener sih). Pengen banget untuk segera mewujudkannya hhe :)

Sedikit tips

1. Bagi teman-teman yang ingin menginap di Bandara dan bawaan gak banyak (misalnya cuma ransel doang) cobain deh shuttle bus gratis bandara. Lumayan keliling bandara dari terminal 1 sampe 3, aku sih suka hhe. Oh ya untuk terminal 1 A,B,C semuanya untuk penerbangan lokal, terminal 2 (favorite) itu untuk penerbangan ke LN dan untuk semua penerbangan oleh maskapai Garuda Indonesia, dan terminal 3 untuk penerbangan oleh maskapai Tiger Air, Air Asia dan Batik Air (kalau gak salah, mohon dibetulkan ya kalau salah).

2. Bawa cemilan yang banyak, majalah, earphone, dan hp dengan full batre biar gak bete.

3. Siapkan sarapan jika kalian gak naik maskapai penerbangan yang full service, aku sih biasanya udah nyiapin roti/cookies dan susu Be*r Brand Gold White Malt (soalnya enak banget!)

4. Walaupun di bandara banyak banget satpam yang lalu lalang, tapi kejahatan belum tentu gak akan terjadi loh. Sebaiknya sedikit berhati-hati untuk berkenalan dan mengobrol dengan orang yang baru kamu kenal di bandara. Jangan mau termakan bujuk rayu mereka, apalagi ajakan untuk membina rumah tangga. Cih! (apaan sih Aul)

Minggu, 11 Januari 2015

Cara ke Beberapa Mall di Jakarta

Aku merupakan tipe orang yang suka banget jalan-jalan. Paling paling paling suka! Kemanapun itu, mall, museum, taman, atau tempat wisata yang biasa sampe ekstrim kayak gunung atau pantai yang panas banget akupun suka. Nah, selama di Jakarta aku paling suka ke beberapa mall. Rata-rata mall yang sering aku datangin memang karena dekat dengan stasiun kereta api. Berikut aku share cara ke beberapa mall yang sering banget aku datangi :

1. Grand Indonesia (GI)
Mall yang menamakan dirinya sebagai Shopping Town ini sangat dekat dengan Stasiun Sudirman. Ada 3 opsi untuk mencapai Grand Indonesia (GI), pertama dengan berjalan kaki yaitu dari keluar stasiun Sudirman nyebrang ke sisi barat Jalan Sudirman via terowongan lalu jalan kaki selama -/+ 10 menit (tergantung kecepatan jalan). Kedua, dengan Busway yaitu dari stasiun sudirman langsung ke halte terdekat yaitu halte Duku Atas lalu turun di halte Tosari. Cara ketiga adalah cara yang paling aman dan cepat yaitu naik taksi atau naik ojek, aku sih baru pernah naik taksi, pilihlah taksi tarif bawah agar lebih hemat dan aku hanya perlu mengeluarkan Rp 12.000,- karena memang tidak terlalu jauh.

2. Kota Kasablanka (Kokas) dan Mall Ambassador (Ambas)
Kedua mall ini searah makanya aku gabung, tapi kedua mall ini memiliki kelas yang berbeda loh. Kalau ingin datang ke mall yang lebih low datanglah ke Ambas karena Ambas menurutku hampir mirip kayak ITC tapi versi lebih bagus sih. Nah, kalau mau yang lebih high ke Kota Kasablanka aja. Cara ke dua mall ini adalah dengan turun di Stasiun Tebet lalu lanjut dengan mikrolet no.44. Untuk taksi aku belum pernah, karena dengan angkutan umum sudah sangat mudah.

3. Senayan City (Sency)
Sebenarnyan saya baru beberapa kali ke mall ini, tapi saya sangat suka karena di lantai 8 mall ini sering sekali ada event-event setahun belakangan ini seperti Gogirl Expo, Jakarta Fashion Week dan Ria Miranda Trunk Show. Cara ke Sency, dari stasiun sudirman naik kopaja P19 Tanah Abang - Ragunan, sebelum perempatan turun di Ratu Plaza, jalan sedikit sampai deh di Senayan City.

Biasanya, sebelum pergi ke mall tersebut untuk pertama kali aku cari aman yaitu naik taksi atau sebelumnya searching terlebih dulu via internet, karena di internet banyak banget informasi secara detail untuk ke beberapa tempat yang memang populer di Jakarta. Untuk tau cara ke sana dan dengan angkutan umum apa biasanya aku cek www.transportumum.com atau www.transportinfo.web.id.

Selamat jalan!

Jumat, 28 Maret 2014

Cara ke Galeri Dian Pelangi


 
Galeri Dian Pelangi (dianpelangi.com)

Karena sebuah keperluan, saya akhirnya harus ke Galeri Dian Pelangi. Dan saya sebelumnya belum pernah ke sana. Saya hanya diberikan alamat Galeri tersebut. Jadi alamatnya di Jalan Kemang Utara 51a, Jakarta Selatan. Saya mencoba menanyakan teman-teman saya yang memang berdomisili di Jakarta, namun tidak satupun mereka yang mengetahui dimana Galeri Dian Pelangi itu. Saat saya menanyakan bagaimana caranya ke Kemang dari UI, mereka pun banyak yang gak tau. Tapi ada beberapa teman yang bilang via Blok M atau ke Pasar Minggu dulu. Tapi mereka juga gak tau pasti stop dimana. Akhirnya saya mencoba mensearch siapa tau di forum-forum ada yang membahas cara ke Kemang atau bahkan Cara ke Galeri Dian Pelangi hhe. Tapi ternyata tidak ada. Dan akhirnya saya mencoba mencari di Google Maps dan menurut Google Maps, cara terdekat ke Galeri Dian Pelangi adalah melalui Stasiun Pasar Minggu Baru.

Setelah dari Pasar Minggu Baru saya bisa naik taksi dan jaraknya sekitar 4.0 KM. Akhirnya saya ke sana bermodalkan Google Maps. Sesampainya di Pasar Minggu Baru saya mencoba bertanya ke satpam, namun mereka juga tidak tahu :(. Kemang emangnya sejauh itu ya? Sampe gak ada yang tau. Saya akhirnya liat google maps lagi. Katanya saya harus ke Jalan Batu Merah, dan sesampainya di sana saya nanya ke pedagang lagi. Dan mereka agak jauh klo ke Kemang dari situ. Saya nanya dimana saya bisa dapat taksi, dan pedagangnya dengan sangat ramah dan baik hati menunjukkan caranya. Jadi, saya harus menyusuri gang sempit, nanti diakhir gang ada jalan raya, dan di situ banyak taksi. Tapi kalau mau murah kata abangnya lebih baik naik bus nomer 57 jurusan Blok M. Nanti stop di Buncit 12. Nah di Buncit 12 banyak bajaj yang bisa nganter ke tempat tujuan. Abangnya dengan sabar mengulang ulang lagi rute yang harus saya dan teman saya harus lalui untuk sampai ke kemang.

Setelah nyampe di jalan raya saya langsung naik bus 57 dan bayar Rp 3000. Sayapun mengaktifkan GPS untuk tahu berapa jauh kira-kira Buncit 12 dari tempat saya sekarang (Kalibata). Ternyata lumayan, 10 menit. Dengan bermodalkan tanya sana tanya sini akhirnya saya sampai di Buncit 12, nungguin bajaj tapi kok gada yang lewat ya. Tanya orang-orang sekitar akhirnya mereka nyaranin buat ke Pasar Buncit, dan harus jalan lagi ke dalem :(. Setelah jalan beberapa menit, gak jauh-jauh amat sih sebenarnya, akhirnya sampai di pasar. Dan pas bilang ke tukang bajaj klo mau ke Galeri Dian Pelangi, abangnya langsung tau. Akhirnyaaaa huft. Dan ternyata Galerinya gak jauh dari Pasar tadi. Dan saya bayar bajajnya Rp 10.000. Finally sampai jugaa.
Pas mau balik ke depok lagi kita langsung naik bajaj untuk dianterin ke jalan yang biasanya dilewatin sama Kopaja buat ke Stasiun terdekat, dan kata abangnya ntar naik kopaja jurusan Pasar Minggu, ntar kopajanya bakal stop di Stasiun Pasar Minggu.

Jadi, kalau teman-teman memang pengen ke Galeri Dian Pelangi atau ke tempat sekirar Galeri tersebut rutenya bisa ikutin rute saya, walaupun sangat ribet tapi setidaknya sampai ke tempan tujuan kan hhe.
Pergi : Stasiun UI - Stasiun Pasar Minggu Baru - Jalan dikit ke jalan raya - Kopaja 57 - Stop di Buncit 12 - jalan dikit ke pasarnya - Naik Bajaj (klo sanggup jalan kaki) deh ke Galeri Dian Pelangi. Dan total cost nya Rp 15.000
Pulang : Naik bajaj dan bilang ke abangnya anter ke jalan raya yang biasa dilewatin kopaja - Naik kopaja jurusan Blok M Pasar Minggu - Stasiun Pasar Minggu - Stasiun UI. Total cost Rp 15.000

Klo gak mau ribet, naik taksi aja dari Pasar Minggu dan minta anter ke Kemang. Naik taksi Express lebih murah :) Dan jangan lupa Google Maps!

Selasa, 28 Januari 2014

Peta


Akhirnya gue mendapatkan tenaga untuk menulis di blog ini lagi.

Mimpi gue untuk backpacker sebenarnya udah lama banget bahkan dari kecil, gue udah pengen keliling dunia. Waktu SD gue paling suka pelajaran IPS, karena di mata pelajaran IPS ini gue di suruh buat ngapal berbagai nama negara beserta ibu kotanya. Tiap minggu kami selalu diberi ujian peta buta. Dan bukannya sombong, nilai IPS gue selalu bagus. Ujian peta buta gue selalu di atas teman-teman gue. Karena gue suka. Seneng aja liat peta dunia yang warna-warni, nama negaranya ada yang aneh, asing untuk gue denger. Gue paling suka ngafalin negara-negara bagian Amerika Selatan. Soalnya nama-nama negaranya kayaknya enak aja  di sebutin, Paraguay, Guyana, Brazil, Peru, Argentina, dan lain-lain. Pokoknya kalo pelajaran IPS pas SD dulu gue paling semangat deh!

Saat SMP sampe SMA, salah satu kakak gue seneng banget baca dan beli buku. Yah, dia gak pernah minjem, apa yang mau dibaca pasti dibeli. Bahkan kalo gue mau baca suatu buku yang dia belum punya dia juga ikhlas untuk ngebeliin hhe. Nah, selama kegilaannya ngoleksi berbagai macam buku gue lebih tertarik sama buku tentang "mimpi", "kuliah di luar negri", "perjalanan", dan sejenisnya. Saat itu gue seneng banget baca buku Laskar Pelangi dengan mimpi seorang anak yaitu Ikal untuk pergi ke Prancis. Gue pun akhirnya pengen ke Prancis kayak si doi. Setelah itu gue dicekokin lagi sama kakak gue buku yang judulnya Orange Van  Java. Gue kira itu novel komedi plesetan dari Opera Van Java. Ternyata bukan, buku itu tentang kisah sekelompok teman yang sedang berkuliah di Belanda. Ceritanya lucu dan cukup menggambarkan mengenai kebudayaan dan pengalaman mereka selama di Belanda. Baca novel itu ngebuat gue akhirnya punya mimpi buat ke Belanda juga.

Setelah itu akhirnya gue merasa tergila-gila dengan eropa, setiap ke Gramedia gue sering banget baca buku tentang Eropa. Gimana kuliah di sana, pengalaman-pengalaman orang yang pernah ke sana. Dan gue selalu dapat buku mengenai Eropa saat di Gramedia pada rak khusus Traveling. Nah! gue akhirnya baca buku-buku mengenai traveling lainnya, gak cuma di Eropa. Gue akhirnya kepincut sama bukunya Trinity dan Claudia Kaunang. Mereka sering banget menuliskan pengalaman mereka traveling ke berbagai negara. Tapi gue paling suka sama Trinity, karena cerita-ceritanya yang dikemas secara menarik, dan bikin ketawa terus. Hahaha

Dari buku-bukunya Trinity inilah jiwa backpacker gue keluar. Gue pengen banget kayak Trinity yang jalan-jalan terus. Banyak negara yang udah dia kunjungi. Pokoknya setiap baca bukunya kakiku jadi gatel pengen ke sana juga. Gue pengen keluar negeri, melihat bagaimana negara-negara di luar Indonesia. Dan gue masih punya tujuan utama, yaitu Eropa :'). Setelah gue baca-baca di blog-blog para backpacker, mereka banyak menyarankan jika ingin keluar negeri bagi pemula sebaiknya dimulai dari Singapore terlebih dahulu, yang culture dan jaraknya tidak begitu jauh dari Indonesia. Akhirnya gue buat peta perjalanan pribadi, jadi di peta itu gue buat titik-titik penting. Sebelum gue ke Eropa, gue harus pergi ke beberapa  negara lain terlebih dahulu, pertama Singapore, kedua India (gue gak tau kenapa nandain India), ketiga Turki lalu barulah Eropa tepatnya di Paris, Prancis hhe

Minggu, 19 Januari 2014

Goa Jatijajar di Kebumen

Di hari kedua di Kebumen yaitu pada tanggal 02 Januari 2014 kami diagendakan akan pergi menyusuri 2 goa yang ada di Kebumen. Kedua goa tersebut memiliki keunikan dan keindahan masing-masing. Pertama kami menyusuri Goa Jatijajar, goa ini terletak di Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah. Lokasi Goa ini tidak jauh dari Pantai Ayah/Logending yang kami datangi kemarin. Goa ini terbentuk dari batu kapur. Sebelum memasuki Goa kami harus berjalan dulu beberapa meter, melewati berbagai macam wahana permainan anak yang memang sengaja disiapkan untuk para wisatawan Goa Jatijajar. Di sana juga banyak sekali pedagang makanan yang menjajakan dagangan mereka. Kami pun harus menaiki beberapa anak tangga. Sesampainya di atas, kami melihat pemandangan yang beitu indah.
Pemandangan Sebelum Memasuki Goa

Saat masuk ke dalam Goa Jatijajar kami disuguhkan banyaknya patung-patung buatan yang mengisahkan sebuah legenda. Konon, goa ini digunakan oleh Lutung Kasarung / Raden Kamandaka untuk bertapa. Di dalam goa ini kami tidak perlu takut kegelapan, karena begitu banyak lampu berwarna warni yang menghiasi goa ini. Akses di dalam goa ini juga tidaklah sulit, karena dilengkapi oleh tangga. Goa ini memang ditujukan untuk berwisata dan aman untuk membawa anak-anak. 
Di dalam goa terdapat beberapa sendang (sungai), namun yang saya temukan hanyalah dua, yaitu Sendang Mawar yang airnya dipercaya dapat menjadikan awet muda (percaya atau nggak) dan yang kedua adalah Sendang Kantil. Nah, di dalam Sendang Kantil ini terdapat patung seorang putri yang sedang bertapa, dan di atas patung tersebut diberikan bunga, kayak bunga sesajen gitu. Katanya sih kalo mandi atau cuci muka di sini maka keinginan kita akan segera tercapai (yuk, yang punya keinginan biar wangi, nyebur deh buat mandi, pasti langsung gak bau lagi :p)
Diorama (alia's photo)
Ternyata Goa Jatijajar ini tidaklah begitu besar dan agak sempit, jadi kalau sedang ramai pengunjung mungkin untuk masuk ke dalam Goa harus sempit-sempitan. Setelah keluar dari Goa kami disuguhkan oleh tukang foto yang menyediakan beberapa binatang yang dapat foto bersama (kayak apaan deh). Mulai dari ular, burung, dan lainnya. Mungkin yang menjadikan Goa Jatijajar ramai bukan hanya karena keindahan Goanya, namun dalam area wisata tersebut begitu banyak terdapat atraksi yang lainnya. Banyak pedagang makanan, tempat hiburan anak, kolam renang, dan pasar. Nama pasar yang terdapat di dalam area wisata Goa Jatijajar adalah Pasar Seni. Pasar ini menyediakan berbagai macam pernak-pernik dan makanan khas yang cocok untuk dijadikan oleh-oleh.

Selasa, 14 Januari 2014

Kebumen dan Jalan-Jalan Akhir Tahun FSI FISIP UI 24

Setelah setahun bersama FSI akhirnya tiba waktunya JJAT! Tapi saat itu aku gak terlalu ecxited karena JJAT harus bayar 300rb dan destinasinya adalah Kebumen. Aku belum pernah ke Ke Kebumen sebelumnya dan aku gak tau keindahan apa yang ada di sana sehingga aku harus ke sana. Belum lagi perjalanan yang harus di tempuh dengan bus selama 10 jam. Aku pun berfikir-fikir. Budget yang kumiliki sangat pas-pasan, dalam waktu dekat aku berencana akan pergi ke tempat yang lebih jauh dan budget yang kubutuhkan untuk ke sana tentu saja banyak. Aku melihat lagi tabunganku. Cek ATM! Huhuhu, gak ada pertambahan yang berarti. Masih menunjukkan nominal yang seperti kulihat kemarin. Semakin bingung bakal pergi apa nggak. Tapi Alia sama Ita nyuruh (ngancem) aku harus ikutan. Hmmm, tambah bingung deh ikutan atau nggak. di H-1 siang aku akhirnya memastikan diri untuk gak ikutan JJAT. Tapi pas sore-sore tiba-tiba Kak Okti SMS. Dan isi smsnya, "Aul, aku gak jadi ikutan JJAT, kamu ambil aja tiketku dan kamu cuma perlu bayar setengahnya." Whaaaaaat!Jalannya Allah memang gak pernah di sangka-sangka yah :") Tapi tunggu! Bayar setengah? artinya aku masih harus menyiapkan 150rb lagi. Huhuhu, ngambil duit dari menong? Dan pastinya selama di sana setidaknya aku harus bawa uang 100-200 rb untuk jajan :(. Jadi yang kubutuhkan berarti sekitar 350 ribu. Setelah berfikir panjang akhirnya aku nekat menggunakan uang untuk trip ke tempat lain yang tellah kupersiapkan jauh-jauh hari. Yah, akhirnya dengan rasa penuh dosa dan penyesalan aku datang ke mesin ATM dan memencet angka yang kuinginkan! Simsalabim, akhirnya duitnya keluar. Baru kali ini aku ngambil duit di ATM dan rasanya gak senang.

Tanggal 31 Agustus akhirnya kita berangkat menuju Kebumen. Tepat pukul 16.00 tidak kurang tidak lebih. Kami naik Sinar Jaya, poolnya ada tepat di samping BNI dekat kantor Walikota Depok. Perjalanan ditempuh dalam waktu 12 jam dengan bus tersebut. Selam dalam perjalanan aku rada deg-deg serrr, gimana nggak, semakin malam bus  semakin menjadi. Kecepatan bus semakin bertambah dan supir bus nyelip-nyelip truk dan bus lain -_- Aku jadi berasa naik permainan yang menantang adrenalin di wahana permainan. Setelah perjalanan panjang dan aku udah mulai lemes akhirnya kita sampai juga di tujuaaaaan! Setelah tidur dan lain-lain akhirnya aku sholat dan mandi. Setelah siangan dikit akhirnya kita pergi ke sebuah pantai. Lumayan jauh dari tempat kami menginap. Namanya pantai Ayah. Kenapa namanya ayah, karena emang terletak di Kec. Ayah (hihihi, lucu ya nama kecamatannya). Astaga, pas nyampe di sana rame banget! Udah kayak lautan cendol manusia. Mungkin karena momennya tahun baru kali ya? Tapi rada sebel sih. Kenapa rame banget :(

Menurutku pantai Jetis/ Pantai Ayah ini lumayan bagus, soalnya di belakang dan sedikit ke sisi kiri pantai ada pemandangan perbukitan. Dan sangat alami. Jadi ngeliatnya adeeeem banget. Tapi kalo aku ngeliat ke Pantai, miris banget kondisinya. Penuh sampah, ramai, airnya kurang bersih !! Tapi, walaupun kotor dan kurang bersih, tetep aja aku gak tahan untuk main ke bibir pantai. Akhirnya aku main air juga hahaha! Cuma Ita yang tetap konsisten untuk gak mainan air di pantai.

Di pantai ini bener-bener gak teratur banget. Masa motor bisa masuk sampe ke bibir pantai dan ada kuda yang bisa di sewa berseliweran di sekitar pantai. Pantainya jadi crowded banget. 

Pantai Jetis/ Pantai Ayah
 
Pantainya sebenarnya bagus, tapi sayang kurang dijaga :(

Deretan bukit di seberang jalan sebelum masuk pantai